Hakikat Kekayaan

Apakah Anda tahu arti kekayaan secara bahasa?
Kekayaan dalam bahasa adalah sedikitnya kebutuhan seseorang terhadap sesuatu karena banyaknya harta yang dimilikinya. Ini berlawanan dengan kemiskinan, yang berarti banyaknya kebutuhan seseorang terhadap sesuatu karena sedikitnya harta yang dimiliki. Sebagaimana firman Allah: Dan Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan) atas seluruh alam, artinya Allah tidak membutuhkan dunia ini. Dan firman-Nya: “Dan Allah-lah Yang Maha Kaya, sedangkan kamulah orang-orang fakir”, artinya kalian membutuhkan Allah, sedangkan Allah tidak membutuhkan kalian.

Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Beberapa orang kaya seolah-olah kebutuhan mereka terhadap uang lebih besar daripada kebutuhan orang miskin terhadapnya. Mereka melakukan apa yang tidak dilakukan oleh orang miskin, seperti mencari harta dengan cara yang diharamkan oleh Allah, mencuri, menipu, dan melakukan korupsi. Anda akan menemukan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling tamak terhadap kehidupan, sebagaimana Allah menggambarkan orang-orang Yahudi. Mereka tidak mengeluarkan harta mereka karena takut kehilangan kekayaan. Jika pendapatan mereka berkurang, mereka mengeluh dan melupakan nikmat-nikmat Allah yang telah mereka terima. Semua sifat ini tercatat dalam Al-Qur’an, di mana Allah berfirman:

﴿وَلَىِٕنْ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ ٩ وَلَىِٕنْ اَذَقْنٰهُ نَعْمَاۤءَ بَعْدَ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلَنَّ ذَهَبَ السَّيِّاٰتُ عَنِّيْ ۗاِنَّهٗ لَفَرِحٌ فَخُوْرٌۙ ١٠ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ ١١ ﴾
“Dan jika Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, kemudian Kami mencabutnya, sungguh dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih. Dan jika Kami merasakan kepadanya nikmat setelah dia ditimpa kesusahan, dia akan berkata, ‘Telah hilang bencana itu dariku.’ Sungguh, dia sangat gembira dan bangga, kecuali orang-orang yang sabar dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Hud: 9-11)

Di zaman ini, kebanyakan orang yang terlibat dalam riba adalah orang-orang kaya. Bahkan orang terkaya di dunia, Elon Musk, meminjam uang dari bank untuk membeli Twitter. Jika kita menganggapnya sebagai seorang Muslim, bisakah kita menyebutnya kaya? Saya akan berkata dengan lantang: Tidak! Dan kita mungkin melihat beberapa orang miskin yang lebih kaya daripada orang-orang kaya di zaman ini. Mereka tidak menempuh jalan yang diharamkan seperti yang dilakukan oleh orang-orang kaya, bukan karena takut pada sistem yang dibuat oleh manusia, tetapi karena takut kepada Allah. Anda akan menemukan bahwa mereka hanya bergantung pada Allah dan merasa puas dengan rezeki yang Allah berikan, meskipun sedikit (menurut ukuran kita). Mereka memiliki sifat qana’ah (merasa cukup), yang membuat mereka termasuk orang-orang yang paling kaya. Oleh karena itu, Imam Syafi’i, setelah merenungkan keindahan sifat ini, berkata:
“Jika engkau memiliki hati yang qana’ah (merasa cukup), maka engkau dan pemilik dunia adalah sama.”
عن أبي هريرة عن النبي ﷺ قال: ” ليس الغنى عن كثرة العرض ، ولكن الغنى غنى النفس ” . (رواه البخاري ومسلم)
Dan Nabi Muhammad ﷺ, , bersabda:
“Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sekarang kita telah mengetahui hakikat kekayaan secara syar’i dan bahasa. Jika suatu hari Anda menemukan seseorang yang memiliki banyak harta tetapi memiliki sifat-sifat tersebut, ketahuilah bahwa dia sebenarnya bukanlah orang kaya, melainkan lebih miskin daripada orang miskin, karena dia lebih membutuhkan harta daripada orang miskin. Semoga Allah melindungi kita khususnya dari sifat ini, dan kaum Muslimin secara umum.

Streaming